Minggu, 19 Desember 2010

Irfan Bachdim




Irfan Bachdim 
Nama Panggilan: Irfan Bachdim 
Tanggal Lahir: 11 Agu 1988 
Tempat Lahir: Amsterdam 
Negara: Netherlands 
Tinggi Badan: 172 cm. 
Berat Badan: 62 Kg. 

Selasa, 16 November 2010

tugas RESENSI

Membuka Selubung Dunia Remaja


Judul Buku : My Valentine
Penulis : Hanna Al – Ithriyah
Penerbit : Gema Insani
cetakan : 1, Dzulqa’idah 1427 H / November 2006 M
Tebal : 192 halaman

Hanna Al – Ithriyah,penulis muda berbakat ini masih bersekolah di madrasah aliah ( P1 ) Annuqayah,Sumenep,Madura,.Lahir di Sumenep,22 desember 1985,karyanya yang berjudul Selaka Rindu Dinda berhasil memperoleh juara hiburan pertama pada lomba SMCI Gema Insani dan di bukukan dalam antologi cerpen pemenang sayembara yang judulnya diambil dari judul cerpennya, Selaka Rindu Dinda .Kali ini, Hanna Al – Ithriyah kembali meluncurkan buku kumpulan cerita pendek karyanya yang berjudul My Valentine dengan karakteristik yang berbeda di setiap ceritanya.
Kumpulan cerpen My Valentine secara tidak langsung membuat ketertarikan ingin membacanya. Yang paling mempengaruhi itu adalah judulnya, yang sudah familiyar dengan remaja-remaja. Banyak orang yang salah memprediksikan isi buku ini, karena mereka melihat dari judulnya, padahal isinya sangat berbeda dengan yang mereka prediksikan. Selain itu bahasanya sangat mudah dimengerti walaupun ada sebagian kata yang memakai bahasa arab dan madura tetapi di akhir cerita di berikan keterangannya.
Kumpulan cerita pendek Hanna Al – Ithriyah menelanjangi kehidupan masa remaja. Gaya bahasanya lugas,mudah dipahami.
Dialog Alam Barzah menceritakan tentang amalan seseorang yang tidak menjamin masuk surga yaitu menceritakan 24 orang hamba Allah , yang salah satu dari mereka adalah ahli ibadah, ternyata seorang ahli ibadah tidak menjamin dia akan masuk surga karena orang tersebut belum bisa menghindari penyakit hati.Ternyata yang masuk surga adalah orang yang selalu menjaga agar hatinya selalu bersih dari penyakit hati. Dalam cerita ini bahasa yang digunakan sangat mudah dimengerti seakan-akan kita menyaksikan langsung kejadian tersebut.Bahasa yang di digunakan dalam cerita ini yaitu bahasa gaul anak remaja sekarang yang berjudul H Minus 7 ( My Valentine ) isinya menceritakan seorang anak muda yang bernama Boy. Anak muda ini sedang mencari pasangan untuk merayakan hari valentine, ternyata cewek-cewek di sekolahnya sudah mempunyai gandengan. Yang belum hanya anak Rohis. Tentunya ia kenalan dengan seorang akhwat itu dan temannya memberi saran untuk secepatnya mengirim sebuah
kado dan sekotak cokelat. Boy mengikuti saran temannya itu. Setelah itu Boy mendapat bingkisan itu kembali dan didalamnya terdapat secarik kertas yang didalamnya berisi penolakan menerima bingkisan Valentine itu. Akhwat itu menolak ajakan dan pemberian bingkisan itu, lalu akhwat itu menjelaskan alasannya dan memberi pesan yang sangat menyentuh hati sehingga bisa membuat Boy kembali mendekat kepada Allah SWT.Cerita DONAT isinya kita ambil hikmah yang sangat besar karena ceritanya sangat menyentuh hati, sampai bisa membuat menangis pembacanya dan sangat membuat penasaran karena judulnya seperti komedi. Didalamnya menceritakan sebuah keluarga yang harmonis, seorang ibu yang mempunyai dua orang anak yang bernama Yuli dan Ipit. Ipit anak yang paling kecil, dia sangat suka makan donat. Sehari saja dia makan donat dia pasti mayur dan bertingkah tidak karuan. Suatu hari dia masuk rumah sakit, ternyata dia mengidap penyakit turunan dari ayahnya yaitu penyakit diabetes. Tidak berapa lama Ipit meninggal dunia, Ibunya dan Kakanya sangat menghawatirkan. Cerita itu sangat mengharukan dibanding cerita yang lain.
Kesimpulan cerita pendek ini sangat bagus karena bisa membuat pembacanya penasaran dan semua makna ceritanya sangat mendalam, banyak sekali hikmah yang bisa kita ambil di buku itu, bahasanya tidak berbeli-belit tapi sangat mudah di mengerti.
Setelah membaca buku kumpulan cerpen My Valentine karya Hanna Al-Ithriyah, sangat berdampak positif terhadap pembacanya dan banyak sekali hikmah yang bisa diambil, selain itu bisa menjadikan kita sadar dalam dalam menjalani hidup ini. Kelebihan yang paling menonjol didalam buku ini adalah judulnya yang sangat bagus karena judul itu seperti mendeskripsikan isinya cerita yang bukan islami, tetapi kenyataanya isinya itu sangat islami.
Kumpulan cerpen ini mempunyai beberapa kekurangan yaitu alur ceritanya kurang mengerti dan jalan semua ceritanya terlalu lambat.
Buku ini baik dibaca oleh semua kalangan karena memiliki makna yang bisa kita ambil hikmahnya.

KERAJAAN tarumanegara

Kerajaan Tarumanegara


Tarumanagara atau Taruma adalah sebuah kerajaan yang pernah berkuasa di wilayah pulau Jawa bagian barat pada abad ke-4 hingga abad ke-7 M, yang merupakan salah satu kerajaan tertua di Nusantara yang diketahui. Dalam catatan, kerajaan Tarumanagara adalah kerajaan Hindu beraliran Wisnu.
Sejarah
Tarumanegara didirikan oleh Rajadirajaguru Jayasingawarman pada tahun 358, yang kemudian digantikan oleh putranya, Dharmayawarman (382-395). Jayasingawarman dipusarakan di tepi kali Gomati, sedangkan putranya di tepi kali Candrabaga.

Maharaja Purnawarman adalah raja Tarumanagara yang ketiga (395-434 M). Ia membangun ibukota kerajaan baru pada tahun 397 yang terletak lebih dekat ke pantai. Dinamainya kota itu Sundapura--pertama kalinya nama "Sunda" digunakan. Pada tahun 417 ia memerintahkan penggalian Sungai Gomati dan Candrabaga sepanjang 6112 tombak (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

Prasasti Pasir Muara yang menyebutkan peristiwa pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu dibuat tahun 536 M. Dalam tahun tersebut yang menjadi penguasa Tarumanagara adalah Suryawarman (535 - 561 M) Raja Tarumanagara ke-7. Pustaka Jawadwipa, parwa I, sarga 1 (halaman 80 dan 81) memberikan keterangan bahwa dalam masa pemerintahan Candrawarman (515-535 M), ayah Suryawarman, banyak penguasa daerah yang menerima kembali kekuasaan pemerintahan atas daerahnya sebagai hadiah atas kesetiaannya terhadap Tarumanagara. Ditinjau dari segi ini, maka Suryawarman melakukan hal yang sama sebagai lanjutan politik ayahnya.

Rakeyan Juru Pengambat yang tersurat dalam prasasti Pasir Muara mungkin sekali seorang pejabat tinggi Tarumanagara yang sebelumnya menjadi wakil raja sebagai pimpinan pemerintahan di daerah tersebut. Yang belum jelas adalah mengapa prasasti mengenai pengembalian pemerintahan kepada Raja Sunda itu terdapat di sana? Apakah daerah itu merupakan pusat Kerajaan Sunda atau hanya sebuah tempat penting yang termasuk kawasan Kerajaan Sunda?

Baik sumber-sumber prasasti maupun sumber-sumber Cirebon memberikan keterangan bahwa Purnawarman berhasil menundukkan musuh-musuhnya. Prasasti Munjul di Pandeglang menunjukkan bahwa wilayah kekuasaannya mencakup pula pantai Selat Sunda. Pustaka Nusantara, parwa II sarga 3 (halaman 159 - 162) menyebutkan bahwa di bawah kekuasaan Purnawarman terdapat 48 raja daerah yang membentang dari Salakanagara atau Rajatapura (di daerah Teluk Lada Pandeglang) sampai ke Purwalingga (sekarang Purbolinggo) di Jawa Tengah. Secara tradisional Cipamali (Kali Brebes) memang dianggap batas kekuasaan raja-raja penguasa Jawa Barat pada masa silam.

Kehadiran Prasasti Purnawarman di Pasir Muara, yang memberitakan Raja Sunda dalam tahun 536 M, merupakan gejala bahwa Ibukota Sundapura telah berubah status menjadi sebuah kerajaan daerah. Hal ini berarti, pusat pemerintahan Tarumanagara telah bergeser ke tempat lain. Contoh serupa dapat dilihat dari kedudukaan Rajatapura atau Salakanagara (kota Perak), yang disebut Argyre oleh Ptolemeus dalam tahun 150 M. Kota ini sampai tahun 362 menjadi pusat pemerintahan Raja-raja Dewawarman (dari Dewawarman I - VIII).

Ketika pusat pemerintahan beralih dari Rajatapura ke Tarumangara, maka Salakanagara berubah status menjadi kerajaan daerah. Jayasingawarman pendiri Tarumanagara adalah menantu Raja Dewawarman VIII. Ia sendiri seorang Maharesi dari Salankayana di India yang mengungsi ke Nusantara karena daerahnya diserang dan ditaklukkan Maharaja Samudragupta dari Kerajaan Magada.

Suryawarman tidak hanya melanjutkan kebijakan politik ayahnya yang memberikan kepercayaan lebih banyak kepada raja daerah untuk mengurus pemerintahan sendiri, melainkan juga mengalihkan perhatiannya ke daerah bagian timur. Dalam tahun 526 M, misalnya, Manikmaya, menantu Suryawarman, mendirikan kerajaan baru di Kendan, daerah Nagreg antara Bandung dan Limbangan, Garut. Putera tokoh Manikmaya ini tinggal bersama kakeknya di ibukota Tarumangara dan kemudian menjadi Panglima Angkatan Perang Tarumanagara. Perkembangan daerah timur menjadi lebih berkembang ketika cicit Manikmaya mendirikan Kerajaan Galuh dalam tahun 612 M.

Tarumanagara sendiri hanya mengalami masa pemerintahan 12 orang raja. Pada tahun 669, Linggawarman, raja Tarumanagara terakhir, digantikan menantunya, Tarusbawa. Linggawarman sendiri mempunyai dua orang puteri, yang sulung bernama Manasih menjadi istri Tarusbawa dari Sunda dan yang kedua bernama Sobakancana menjadi isteri Dapuntahyang Sri Jayanasa pendiri Kerajaan Sriwijaya. Secara otomatis, tahta kekuasaan Tarumanagara jatuh kepada menantunya dari putri sulungnya, yaitu Tarusbawa.

Kekuasaan Tarumanagara berakhir dengan beralihnya tahta kepada Tarusbawa, karena Tarusbawa pribadi lebih menginginkan untuk kembali ke kerajaannya sendiri, yaitu Sunda yang sebelumnya berada dalam kekuasaan Tarumanagara. Atas pengalihan kekuasaan ke Sunda ini, hanya Galuh yang tidak sepakat dan memutuskan untuk berpisah dari Sunda yang mewarisi wilayah Tarumanagara.
Raja-raja Tarumanagara

1. Jayasingawarman 358-382
2. Dharmayawarman 382-395
3. Purnawarman 395-434
4. Wisnuwarman 434-455
5. Indrawarman 455-515
6. Candrawarman 515-535
7. Suryawarman 535-561
8. Kertawarman 561-628
9. Sudhawarman 628-639
10. Hariwangsawarman 639-640
11. Nagajayawarman 640-666
12. Linggawarman 666-669
Prasasti
1. Prasasti Kebon Kopi, dibuat sekitar 400 M (H Kern 1917), ditemukan di perkebunan kopi milik Jonathan Rig, Ciampea, Bogor
2. Prasasti Tugu, ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi, sekarang disimpan di museum di Jakarta. Prasasti tersebut isinya menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 masa pemerintahannya.
3. Prasasti Munjul atau Prasasti Cidanghiang, ditemukan di aliran Sungai Cidanghiang yang mengalir di Desa Lebak, Kecamatan Munjul, Kabupaten Pandeglang, Banten, berisi pujian kepada Raja Purnawarman.
4. Prasasti Ciaruteun, Ciampea, Bogor
5. Prasasti Muara Cianten, Ciampea, Bogor
6. Prasasti Jambu, Nanggung, Bogor
7. Prasasti Pasir Awi, Citeureup, Bogor
Lahan tempat prasasti itu ditemukan berbentuk bukit rendah berpermukaan datar dan diapit tiga batang sungai: Cisadane, Cianten dan Ciaruteun. Sampai abad ke-19, tempat itu masih dilaporkan dengan nama Pasir Muara. Dahulu termasuk bagian tanah swasta Ciampea. Sekarang termasuk wilayah Kecamatan Cibungbulang.
Kampung Muara tempat prasasti Ciaruteun dan Telapak Gajah ditemukan, dahulu merupakan sebuah "kota pelabuhan sungai" yang bandarnya terletak di tepi pertemuan Cisadane dengan Cianten. Sampai abad ke-19 jalur sungai itu masih digunakan untuk angkutan hasil perkebunan kopi. Sekarang masih digunakan oleh pedagang bambu untuk mengangkut barang dagangannya ke daerah hilir.
Prasasti pada zaman ini menggunakan aksara Sunda kuno, yang pada awalnya merupakan perkembangan dari aksara tipe Pallawa Lanjut, yang mengacu pada model aksara Kamboja dengan beberapa cirinya yang masih melekat. Pada zaman ini, aksara tersebut belum mencapai taraf modifikasi bentuk khasnya sebagaimana yang digunakan naskah-naskah (lontar) abad ke-16.
Prasasti Pasir Muara
Di Bogor, prasasti ditemukan di Pasir Muara, di tepi sawah, tidak jauh dari prasasti Telapak Gajah peninggalan Purnawarman. Prasasti itu kini tak berada ditempat asalnya. Dalam prasasti itu dituliskan :
ini sabdakalanda rakryan juru panga-mbat i kawihaji panyca pasagi marsa-n desa barpulihkan **** su-nda

Terjemahannya menurut Bosch:
Ini tanda ucapan Rakryan Juru Pengambat dalam tahun (Saka) kawihaji (8) panca (5) pasagi (4), pemerintahan begara dikembalikan kepada raja Sunda.

Karena angka tahunnya bercorak "sangkala" yang mengikuti ketentuan "angkanam vamato gatih" (angka dibaca dari kanan), maka prasasti tersebut dibuat dalam tahun 458 Saka atau 536 Masehi.
Prasasti Ciaruteun
Prasasti Ciaruteun ditemukan pada aliran Sungai Ciaruteun, seratus meter dari pertemuan sungai tersebut dengan Sungai Cisadane; namun pada tahun 1981 diangkat dan diletakkan di dalam cungkup. Prasasti ini peninggalan Purnawarman, beraksara Palawa, berbahasa Sansekerta. Isinya adalah puisi empat baris, yang berbunyi:

vikkrantasyavanipateh shrimatah purnavarmmanah tarumanagararendrasya vishnoriva padadvayam

Terjemahannya menurut Vogel:
Kedua (jejak) telapak kaki yang seperti (telapak kaki) Wisnu ini kepunyaan raja dunia yang gagah berani yang termashur Purnawarman penguasa Tarumanagara.

Selain itu, ada pula gambar sepasang "pandatala" (jejak kaki), yang menunjukkan tanda kekuasaan —& fungsinya seperti "tanda tangan" pada zaman sekarang. Kehadiran prasasti Purnawarman di kampung itu menunjukkan bahwa daerah itu termasuk kawasan kekuasaannya. Menurut Pustaka Rajyarajya i Bhumi Nusantara parwa II, sarga 3, halaman 161, di antara bawahan Tarumanagara pada masa pemerintahan Purnawarman terdapat nama "Rajamandala" (raja daerah) Pasir Muhara.
Prasasti Telapak Gajah
Prasasti Telapak Gajah bergambar sepasang telapak kaki gajah yang diberi keterangan satu baris berbentuk puisi berbunyi:
jayavi s halasya tarumendrsaya hastinah airavatabhasya vibhatidam padadavayam
Terjemahannya:
Kedua jejak telapak kaki adalah jejak kaki gajah yang cemerlang seperti Airawata kepunyaan penguasa Tarumanagara yang jaya dan berkuasa.

Menurut mitologi Hindu, Airawata adalah nama gajah tunggangan Batara Indra dewa perang dan penguawa Guntur. Menurut Pustaka Parawatwan i Bhumi Jawadwipa parwa I, sarga 1, gajah perang Purnawarman diberi nama Airawata seperti nama gajah tunggangan Indra. Bahkan diberitakan juga, bendera Kerajaan Tarumanagara berlukiskan rangkaian bunga teratai di atas kepala gajah. Demikian pula mahkota yang dikenakan Purnawarman berukiran sepasang lebah.

Ukiran bendera dan sepasang lebah itu dengan jelas ditatahkan pada prasasti Ciaruteun yang telah memancing perdebatan mengasyikkan di antara para ahli sejarah mengenai makna dan nilai perlambangannya. Ukiran kepala gajah bermahkota teratai ini oleh para ahli diduga sebagai "huruf ikal" yang masih belum terpecahkan bacaaanya sampai sekarang. Demikian pula tentang ukiran sepasang tanda di depan telapak kaki ada yang menduganya sebagai lambang labah-labah, matahari kembar atau kombinasi surya-candra (matahari dan bulan). Keterangan pustaka dari Cirebon tentang bendera Tarumanagara dan ukiran sepasang "bhramara" (lebah) sebagai cap pada mahkota Purnawarman dalam segala "kemudaan" nilainya sebagai sumber sejarah harus diakui kecocokannya dengan lukisan yang terdapat pada prasasti Ciaruteun.
Prasasti lain
Di daerah Bogor, masih ada satu lagi prasasti lainnya yaitu prasasti batu peninggalan Tarumanagara yang terletak di puncak Bukit Koleangkak, Desa Pasir Gintung, Kecamatan Leuwiliang. Pada bukit ini mengalir (sungai) Cikasungka. Prasasti inipun berukiran sepasang telapak kaki dan diberi keterangan berbentuk puisi dua baris:
shriman data kertajnyo narapatir - asamo yah pura tarumayam nama shri purnnavarmma pracurarupucara fedyavikyatavammo tasyedam - padavimbadavyam arnagarotsadane nitya-dksham bhaktanam yangdripanam - bhavati sukhahakaram shalyabhutam ripunam.

Terjemahannya menurut Vogel:
Yang termashur serta setia kepada tugasnya ialah raja yang tiada taranya bernama Sri Purnawarman yang memerintah Taruma serta baju perisainya tidak dapat ditembus oleh panah musuh-musuhnya; kepunyaannyalah kedua jejak telapak kaki ini, yang selalu berhasil menghancurkan benteng musuh, yang selalu menghadiahkan jamuan kehormatan (kepada mereka yang setia kepadanya), tetapi merupakan duri bagi musuh-musuhnya.
Kehidupan politik Kerajaan Tarumanegara
Kerajaan Tarumanegara merupakan kerajaan tertua di Pulau Jawa yang dipengaruhi agama dan kebudayaan Hindu. Letaknya di Jawa Barat dan diperkirakan berdiri kurang lebih abad ke 5 M. Raja yang memerintah pada saat itu adalah Purnawarman. Ia memeluk agama Hindu dan menyembah Dewa Wisnu.
Sumber sejarah mengenai Kerajaan Tarumanegara dapat diketahui dari prasasti-prasasti yang ditinggalkannya dan berita-berita Cina. Prasasti yang telah ditemukan sampai saat ini ada 7 buah. Berdasarkan prasasti inilah dapat diketahui bahwa kerajaan ini mendapat pengaruh kuat dari kebudayaan Hindu. Prasasti itu menggunakan huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta
Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara
Prasasti-prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanegara  berdasarkan tempat penemuannya, antara lain sebagai berikut.
1.Prasasti Ciaruteun (Ciampea), ditemukan di tepi Sungai Ciaruteun (Bogor)
dekat muaranya dengan Cisadane.
2.Prasasti Pasir Jambu (Koleangkak), ditemukan di daerah perkebunan
Jambu sekitar 30 km sebelah barat Bogor.
3.Prasasti Kebon Kopi, ini terletak di Kampung Muara Hilir, Cibungbulang
(Bogor). Ditulis dalam bentuk puisi Anustubh.
4.Prasasti Pasir Awi dan Prasasti Muara Cianten. Kedua prasasti ini
menggunakan aksara yang berbentuk ikal yang belum dapat di baca,
ditemukan di Bogor.
5.Prasati Tugu, ditemukan di daerah Tugu (Jakarta). Prasasti ini merupakan
prasasti terpanjang dari semua prasasti peninggalan Raja Purnawarman.
Prasasti ini berbentuk puisi Anustubh. Tulisannya dipahatkan pada sebuah
batu bulat panjang secara melingkar.
6.Prasasti Cidanghiang atau Prasasti Lebak, ditemukan di tepi Sungai
Cidanghiang, Kecamatan Munjul, Lebak (Banten).  
Kehidupan Sosial-Ekonomi
Kehidupan perekonomian masyarakat Tarumanegara adalah pertanian dan peternakan. Hal ini dapat diketahui
dari isi Prasasti Tugu yakni tentang pembangunan atau penggalian Saluran Gomati yang panjangnya 6112 tombak (12 km) dan selesai dikerjakan dalam waktu 21 hari. Selesai penggalian, Raja Purnawarman mengadakan
selamatan dengan memberikan hadiah 1.000 ekor sapi kepada para brahmana.
Pembangunanitu mempunyai arti ekonomis bagi rakyat karena dapat dipergunakan sebagai sarana pengairan dan pencegahan banjir. Dengan demikian, rakyat akan hidup makmur, aman dan sejahtera. Di samping Saluran Gomati, dalam Prasasti Tugu juga disebutkan adanya penggalian Saluran Candrabhaga.
Kehidupan Kebudayaan
Dilihat dari teknik dan cara penulisan huruf-huruf pada prasasti-prasasti yang ditemukan sebagai bukti keberadaan Kerajaan Tarumanegara maka dapat diketahui bahwa kehidupan kebudayaan masyarakat pada masa itu sudah tinggi.

KERAJAAN sriwijaya

Sriwijaya
Sriwijaya (atau juga disebut Srivijaya; Thai: ศรีวิชัย atau "á¹¢̄rÄ« wichạy") adalah salah satu Kemaharajaan maritim yang kuat di pulau Sumatera dan banyak memberi pengaruh di Nusantara dengan daerah kekuasaan membentang dari Kamboja, Thailand, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Sulawesi[1][2]. Dalam bahasa Sansekerta, sri berarti "bercahaya" dan wijaya berarti "kemenangan"[2]. Bukti awal mengenai keberadaan kerajaan ini berasal dari abad ke-7; seorang pendeta Tiongkok, I-tsing, menulis bahwa ia mengunjungi Sriwijaya tahun 671 dan tinggal selama 6 bulan[3][2][4][5]. Selanjut prasasti yang paling tua mengenai Sriwijaya juga berada pada abad ke-7, yaitu Prasasti Kedukan Bukit di Palembang, bertarikh 682[6][7]. Kemunduran pengaruh Sriwijaya terhadap daerah bawahannya mulai menyusut dikarenakan beberapa peperangan[2] diantaranya serangan dari raja Dharmawangsa dari Jawa ditahun 990, dan tahun 1025 serangan Rajendra Coladewa dari Koromandel, selanjutnya tahun 1183 Sriwijaya dibawah kendali kerajaan Dharmasraya. Dan di akhir masa, kerajaan ini takluk di bawah kerajaan Majapahit[8].
Setelah Sriwijaya jatuh, kerajaan ini terlupakan dan sejarawan tidak mengetahui keberadaan kerajaan ini. Eksistensi Sriwijaya diketahui secara resmi tahun 1918 oleh sejarawan Perancis George Cœdès dari École française d'Extrême-Orient[2]. Sekitar tahun 1992 hingga 1993, Pierre-Yves Manguin membuktikan bahwa pusat Sriwijaya berada di Sungai Musi antara Bukit Seguntang dan Sabokingking (terletak di provinsi Sumatra Selatan, Indonesia)[2]. Namun Soekmono berpendapat bahwa pusat Sriwijaya terletak di provinsi Jambi sekarang[8], yaitu pada kawasan sehiliran Batang Hari, antara Muara Sabak sampai ke Muara Tembesi.
Historiografi
Tidak terdapat catatan lebih lanjut mengenai Sriwijaya dalam sejarah Indonesia; masa lalunya yang terlupakan dibentuk kembali oleh sarjana asing. Tidak ada orang Indonesia modern yang mendengar mengenai Sriwijaya sampai tahun 1920-an, ketika sarjana Perancis George Cœdès mempublikasikan penemuannya dalam koran berbahasa Belanda dan Indonesia.[9] Coedès menyatakan bahwa referensi Tiongkok terhadap "San-fo-ts'i", sebelumnya dibaca "Sribhoja", dan beberapa prasasti dalam Melayu Kuno merujuk pada kekaisaran yang sama.[10]
Sriwijaya menjadi simbol kebesaran Sumatera awal, dan kerajaan besar Nusantara selain Majapahit di Jawa Timur. Pada abad ke-20, kedua kerajaan tersebut menjadi referensi oleh kaum nasionalis untuk menunjukkan bahwa Indonesia merupakan satu kesatuan negara sebelelum kolonialisme Belanda.[9]
Sriwijaya disebut dengan berbagai macam nama. Orang Tionghoa menyebutnya Shih-li-fo-shih atau San-fo-ts'i atau San Fo Qi. Dalam bahasa Sansekerta dan Pali, kerajaan Sriwijaya disebut Yavadesh dan Javadeh. Bangsa Arab menyebutnya Zabaj dan Khmer menyebutnya Malayu. Banyaknya nama merupakan alasan lain mengapa Sriwijaya sangat sulit ditemukan[2]. Sementara dari peta Ptolemaeus ditemukan keterangan tentang adanya 3 pulau Sabadeibei yang kemungkinan berkaitan dengan Sriwijaya[8].
Pembentukan dan pertumbuhan
Belum banyak bukti fisik mengenai Sriwijaya yang dapat ditemukan[11]. Kekaisaran Sriwijaya telah ada sejak 671 sesuai dengan catatan I-tsing.
Kerajaan ini menjadi pusat perdagangan dan merupakan negara maritim. Negara ini tidak memperluas kekuasaannya diluar wilayah kepulauan Asia Tenggara, dengan pengecualian berkontribusi untuk populasi Madagaskar sejauh 3.300 mil di barat. Sekitar tahun 500, akar Sriwijaya mulai berkembang di wilayah sekitar Palembang, Sumatera. Kerajaan ini terdiri atas tiga zona utama - daerah ibukota muara yang berpusatkan Palembang, lembah Sungai Musi yang berfungsi sebagai daerah pendukung dan daerah-daerah muara saingan yang mampu menjadi pusat kekuasan saingan. Wilayah hulu sungai Musi kaya akan berbagai komoditas yang berharga untuk pedagang Tiongkok [2] Ibukota diperintah secara langsung oleh penguasa, sementara daerah pendukung tetap diperintah oleh datu setempat.

Candi Gumpung, candi Buddha di Muaro Jambi, Kerajaan Melayu yang ditaklukkan Sriwijaya.

Reruntuhan Wat (Candi) Kaew yang berasal dari zaman Sriwijaya di Chaiya, Thailand Selatan.
Dari Prasasti Kedukan Bukit pada tahun 682 di bawah kepemimpinan Dapunta Hyang Jayanasa, Kerajaan Minanga takluk di bawah imperium Sriwijaya. Penguasaan atas Malayu yang kaya emas telah meningkatkan prestise kerajaan[2].
Berdasarkan Prasasti Kota Kapur yang yang berangka tahun 682 dan ditemukan di pulau Bangka, Pada akhir abad ke-7 kemaharajaan ini telah menguasai bagian selatan Sumatera, pulau Bangka dan Belitung, hingga Lampung. Prasasti ini juga menyebutkan bahwa Jayanasa telah melancarkan ekspedisi militer untuk menghukum Bhumi Jawa yang tidak berbakti kepada Sriwijaya, peristiwa ini bersamaan dengan runtuhnya Tarumanagara di Jawa Barat dan Holing (Kalingga) di Jawa Tengah yang kemungkinan besar akibat serangan Sriwijaya. Sriwijaya tumbuh dan berhasil mengendalikan jalur perdagangan maritim di Selat Malaka, Selat Sunda, Laut China Selatan, Laut Jawa, dan Selat Karimata.
Di abad ke-7, orang Tionghoa mencatat bahwa terdapat dua kerajaan di Sumatera yaitu Malayu dan Kedah dan tiga kerajaan di Jawa menjadi bagian kemaharajaan Sriwijaya. Di akhir abad ke-8 beberapa kerajaan di Jawa, antara lain Tarumanegara dan Holing berada di bawah kekuasaan Sriwijaya. Menurut catatan, pada masa ini pula wangsa Melayu-Budha Sailendra bermigrasi ke Jawa Tengah dan berkuasa disana[2]. Di abad ini pula, Langkasuka di semenanjung Melayu menjadi bagian kerajaan[2]. Di masa berikutnya, Pan Pan dan Trambralinga, yang terletak di sebelah utara Langkasuka, juga berada di bawah pengaruh Sriwijaya.
Ekspansi kerajaan ini ke Jawa dan Semenanjung Malaya, menjadikan Sriwijaya mengontrol dua pusat perdagangan utama di Asia Tenggara. Berdasarkan observasi, ditemukan reruntuhan candi-candi Sriwijaya di Thailand dan Kamboja. Di abad ke-7, pelabuhan Cham di sebelah timur Indochina mulai mengalihkan banyak pedagang dari Sriwijaya. Untuk mencegah hal tersebut, Maharaja Dharmasetu melancarkan beberapa serangan ke kota-kota pantai di Indochina. Kota Indrapura di tepi sungai Mekong, di awal abad ke-8 berada di bawah kendali Sriwijaya. Sriwijaya meneruskan dominasinya atas Kamboja, sampai raja Khmer Jayawarman II, pendiri imperium Khmer, memutuskan hubungan dengan kerajaan di abad yang sama[2].
Setelah Dharmasetu, Samaratungga menjadi penerus kerajaan. Ia berkuasa pada periode 792 sampai 835. Tidak seperti Dharmasetu yang ekspansionis, Samaratungga tidak melakukan ekspansi militer, tetapi lebih memilih untuk memperkuat penguasaan Sriwijaya di Jawa. Selama masa kepemimpinannya, ia membangun candi Borobudur di Jawa Tengah yang selesai pada tahun 825[2].
Di abad ke-9, wilayah kemaharajaan Sriwijaya meliputi Sumatera, Sri Lanka, Semenanjung Malaya, Jawa Barat, Sulawesi, Maluku, Kalimantan, dan Filipina.[12] Dengan penguasaan tersebut, kerajaan Sriwijaya menjadi kerajaan maritim yang hebat hingga abad ke-13[2].
Budha Vajrayana
Sebagai pusat pengajaran Budha Vajrayana, Sriwijaya menarik banyak peziarah dan sarjana dari negara-negara di Asia. Antara lain pendeta dari Tiongkok I-tsing, yang melakukan kunjungan ke Sumatera dalam perjalanan studinya di Universitas Nalanda, India, pada tahun 671 dan 695, serta di abad ke-11, Atisha, seorang sarjana Budha asal Benggala yang berperan dalam mengembangkan Budha Vajrayana di Tibet. I-tsing melaporkan bahwa Sriwijaya menjadi rumah bagi ribuan sarjana Budha sehingga menjadi pusat pembelajaran agama Buddha. Pengunjung yang datang ke pulau ini menyebutkan bahwa koin emas telah digunakan di pesisir kerajaan.
Selain itu ajaran Buddha aliran Buddha Hinayana dan Buddha Mahayana juga turut berkembang di Sriwijaya.
Relasi dengan kekuatan regional
Pagoda Borom That bergaya Sriwijaya di Chaiya, Thailand.
Dari catatan sejarah dan bukti arkeologi, dinyatakan bahwa pada abad ke-9 Sriwijaya telah melakukan kolonisasi di hampir seluruh kerajaan-kerajaan Asia Tenggara, antara lain: Sumatera, Jawa, Semenanjung Malaya, Kamboja, dan Vietnam Selatan[2]. Dominasi atas Selat Malaka dan Selat Sunda, menjadikan Sriwijaya sebagai pengendali rute perdagangan rempah dan perdagangan lokal yang mengenakan biaya atas setiap kapal yang lewat. Sriwijaya mengakumulasi kekayaannya sebagai pelabuhan dan gudang perdagangan yang melayani pasar Tiongkok, dan India.
Minanga merupakan kekuatan pertama yang menjadi pesaing Sriwijaya yang akhirnya dapat ditaklukkan pada abad ke-7. Kerajaan Melayu ini, memiliki pertambangan emas sebagai sumber ekonomi dan kata Swarnnadwipa (pulau emas) mungkin merujuk pada hal ini. Dan kemudian Kedah juga takluk dan menjadi daerah bawahan[13].
Pada masa awal, Kerajaan Khmer juga menjadi daerah jajahan Sriwijaya. Banyak sejarawan mengklaim bahwa Chaiya, di propinsi Surat Thani, Thailand Selatan, sebagai ibu kota terakhir kerajaan tersebut, pengaruh Sriwijaya nampak pada bangunan pagoda Borom That yang bergaya Sriwijaya. Setelah kejatuhan Sriwijaya, Chaiya terbagi menjadi tiga kota yakni (Mueang) Chaiya, Thatong (Kanchanadit), dan Khirirat Nikhom.
Sriwijaya juga berhubungan dekat dengan kerajaan Pala di Benggala, dan sebuah prasasti berangka 860 mencatat bahwa raja Balaputra mendedikasikan seorang biara kepada Universitas Nalada, Pala. Relasi dengan dinasti Chola di India selatan cukup baik dan kemudian menjadi buruk setelah Rajendra Coladewa naik tahta dan melakukan penyerangan di abad ke-11.
Masa keemasan
Arca emas Avalokiteçvara bergaya Malayu-Sriwijaya, ditemukan di Rantaukapastuo, Muarabulian, Jambi, Indonesia.
Di tahun 902, Sriwijaya mengirimkan upeti ke China. Dua tahun kemudian raja terakhir dinasti Tang menganugerahkan gelar kepada utusan Sriwijaya. Dari literatur Tiongkok utusan itu mempunyai nama Arab hal ini memberikan informasi bahwa pada masa-masa itu Sriwijaya sudah berhubungan dengan Arab yang memungkinkan Sriwijaya sudah masuk pengaruh Islam di dalam kerajaan[14].
Pada paruh pertama abad ke-10, diantara kejatuhan dinasti Tang dan naiknya dinasti Song, perdagangan dengan luar negeri cukup marak, terutama Fujian, kerajaan Min dan negeri kaya Guangdong, kerajaan Nan Han. Tak diragukan lagi Sriwijaya mendapatkan keuntungan dari perdagangan ini. Pada tahun 903, penulis Muslim Ibnu Batutah sangat terkesan dengan kemakmuran Sriwijaya. Daerah urban kerajaan meliputi Palembang (khususnya Bukit Seguntang), Muara Jambi dan Kedah.
Penurunan
Tahun 1025, Rajendra Coladewa, raja Chola dari Koromandel, India selatan, menaklukkan Kedah dan merampasnya dari Sriwijaya. Kemudian Kerajaan Chola meneruskan penyerangan dan berhasil penaklukan Sriwijaya, selama beberapa dekade berikutnya keseluruh imperium Sriwijaya berada dalam pengaruh Rajendra Coladewa. Meskipun demikian Rajendra Coladewa tetap memberikan peluang kepada raja-raja yang ditaklukannya untuk tetap berkuasa selama tetap tunduk kepadanya. Setelah invasi tersebut, akhirnya mengakibatkan melemahnya hegemoni Sriwijaya, dan kemudian beberapa daerah bawahan membentuk kerajaan sendiri, dan kemudian muncul Kerajaan Dharmasraya, sebagai kekuatan baru dan kemudian mencaplok kawasan semenanjung malaya dan sumatera termasuk Sriwijaya itu sendiri.
Antara tahun 1079 - 1088, kronik Tionghoa masih mencatat bahwa San-fo-ts'i masih mengirimkan utusan dari Jambi dan Palembang. Dalam berita Cina yang berjudul Sung Hui Yao disebutkan bahwa kerajaan San-fo-tsi pada tahun 1082 mengirim utusan dimana pada masa itu Cina di bawah pemerintahan Kaisar Yuan Fong. Duta besar tersebut menyampaikan surat dari raja Kien-pi bawahan San-fo-tsi, yang merupakan surat dari putri raja yang diserahi urusan negara San-fo-tsi, serta menyerahkan pula 227 tahil perhiasan, rumbia, dan 13 potong pakaian. Dan kemudian dilanjutkan dengan pengiriman utusan selanjutnya di tahun 1088[2].
Berdasarkan sumber Tiongkok pada buku Chu-fan-chi[15]yang ditulis pada tahun 1178, Chou-Ju-Kua menerangkan bahwa di kepulauan Asia Tenggara terdapat dua kerajaan yang sangat kuat dan kaya, yakni San-fo-ts'i dan Cho-po (Jawa). Di Jawa dia menemukan bahwa rakyatnya memeluk agama Budha dan Hindu, sedangkan rakyat San-fo-ts'i memeluk Budha, dan memiliki 15 daerah bawahan yang meliputi; Pong-fong (Pahang), Tong-ya-nong (Terengganu), Ling-ya-si-kia (Langkasuka), Kilantan (Kelantan), Fo-lo-an (muara sungai Dungun daerah Terengganu sekarang), Ji-lo-t'ing (Cherating, pantai timur semenanjung malaya), Ts'ien-mai (Semawe, pantai timur semenanjung malaya), Pa-t'a (Sungai Paka, pantai timur semenanjung malaya), Tan-ma-ling (Tambralingga, Ligor, selatan Thailand), Kia-lo-hi (Grahi, Chaiya sekarang, selatan Thailand), Pa-lin-fong (Palembang), Kien-pi (Jambi), Sin-t'o (Sunda), Lan-wu-li (Lamuri di Aceh), and Si-lan (Kamboja)[8][16]
Namun demikian, istilah San-fo-tsi terutama pada tahun 1225 tidak lagi identik dengan Sriwijaya, melainkan telah identik dengan Dharmasraya, dimana pusat pemerintahan dari San-fo-tsi telah berpindah, jadi, dari daftar 15 negeri bawahan San-fo-tsi tersebut merupakan daftar jajahan kerajaan Dharmasraya yang sebelumnya merupakan daerah bawahan dari Sriwijaya dan berbalik menguasai Sriwijaya beserta daerah jajahan lainnya.
Pada tahun 1275, Singhasari, penerus kerajaan Kediri di Jawa, melakukan suatu ekspedisi, dalam Pararaton disebut semacam ekspansi dan menaklukan bhumi malayu yang dikenal dengan nama Ekspedisi Pamalayu, yang kemudian Kertanagara raja Singhasari menghadiahkan Arca Amoghapasa kepada Srimat Tribhuwanaraja Mauli Warmadewa raja Melayu di Dharmasraya seperti yang tersebut dalam Prasasti Padang Roco. Dan selanjutnya pada tahun 1293, muncul Majapahit sebagai pengganti Singhasari, dan setelah Ratu Tribhuwana Wijayatunggadewi naik tahta, memberikan tanggung jawab kepada Adityawarman, seorang peranakan Melayu dan Jawa, untuk kembali menaklukkan Swarnnabhumi pada tahun 1339. Dan dimasa itu nama Sriwijaya sudah tidak ada disebut lagi tapi telah diganti dengan nama Palembang hal ini sesuai dengan Nagarakretagama yang menguraikan tentang daerah jajahan Majapahit.
Dalam Kidung Pamacangah dan Babad Arya Tabanan juga disebut 'Arya Damar' sebagai bupati Palembang yang berjasa membantu Gajah Mada dalam menaklukkan Bali pada tahun 1343[17], Prof. C.C. Berg menganggapnya identik dengan Adityawarman[18]. Dan kemudian pada tahun 1347 Adityawarman memproklamirkan diri menjadi raja di Malayapura sesuai dengan manuskrip yang terdapat pada bagian belakang Arca Amoghapasa[19]. Kemudian dari Kitab Undang-Undang Tanjung Tanah yang kemungkinan ditulis sebelum pada tahun 1377 juga terdapat kata-kata bumi palimbang[20].
Sementara Suma Oriental yang ditulis oleh Tomé Pires antara tahun 1513 dan 1515 juga menyebutkan bahwa Palembang pada waktu itu telah dipimpin oleh seorang patih yang ditunjuk dari Jawa[21].
Perdagangan
Di dunia perdagangan, Sriwijaya menjadi pengendali jalur perdagangan antara India dan Tiongkok, yakni dengan penguasaan atas selat Malaka dan selat Sunda. Orang Arab mencatat bahwa Sriwijaya memiliki aneka komoditi seperti kamper, kayu gaharu, cengkeh, pala, kepulaga, gading, emas, dan timah yang membuat raja Sriwijaya sekaya raja-raja di India. Kekayaan yang melimpah ini telah memungkinkan Sriwijaya membeli kesetiaan dari vassal-vassalnya di seluruh Asia Tenggara.
Pengaruh budaya
Kerajaan Sriwijaya banyak dipengaruhi budaya India, pertama oleh budaya Hindu dan kemudian diikuti pula oleh agama Buddha. Agama Buddha diperkenalkan di Sriwijaya pada tahun 425 Masehi. Sriwijaya merupakan pusat terpenting agama Buddha Mahayana. Raja-raja Sriwijaya menguasai kepulauan Melayu melalui perdagangan dan penaklukkan dari kurun abad ke-7 hingga abad ke-9. Sehingga secara langsung turut serta mengembangkan bahasa Melayu dan kebudayaan Melayu di Nusantara.
Pengaruh Islam
Sangat dimungkinkan bahwa Sriwijaya yang termahsyur sebagai bandar pusat perdagangan di Asia Tenggara, sekaligus sebagai pusat pembelajaran agama Budha, juga ramai dikunjungi pendatang dari Timur Tengah dan mulai dipengaruhi oleh pedagang dan ulama muslim. Sehingga beberapa kerajaan yang semula merupakan bagian dari Sriwijaya, kemudian tumbuh menjadi cikal-bakal kerajaan-kerajaan Islam di Sumatera kelak, disaat melemahnya pengaruh Sriwijaya.
Ada sumber yang menyebutkan, karena pengaruh orang muslim Arab yang banyak berkunjung di Sriwijaya, maka raja Sriwijaya yang bernama Sri Indrawarman masuk Islam pada tahun 718 [22]. Sehingga sangat dimungkinkan kehidupan sosial Sriwijaya adalah masyarakat sosial yang di dalamnya terdapat masyarakat Budha dan Muslim sekaligus. Tercatat beberapa kali raja Sriwijaya berkirim surat ke khalifah Islam di Suriah [14]. Bahkan disalah satu naskah surat adalah ditujukan kepada khalifah Umar bin Abdul Aziz (717-720M) dengan permintaan agar khalifah sudi mengirimkan da'i ke istana Sriwijaya.
Warisan sejarah
Meskipun Sriwijaya hanya menyisakan sedikit peninggalan arkeologi dan terlupakan dari ingatan masyarakat Melayu pendukungnya, penemuan kembali kemaharajaan bahari ini oleh Coedès pada tahun 1920-an telah membangkitkan kesadaran bahwa suatu bentuk persatuan politik raya, berupa kemaharajaan yang terdiri atas persekutuan kerajaan-kerajaan bahari, pernah bangkit, tumbuh, dan berjaya di masa lalu.
Berdasarkan Hikayat Melayu, pendiri Kesultanan Malaka mengaku sebagai pangeran Palembang, keturunan keluarga bangsawan Palembang dari trah Sriwijaya. Hal ini menunjukkan bahwa pada abad ke-15 keagungan, gengsi dan prestise Sriwijaya tetap dihormati dan dijadikan sebagai sumber legitimasi politik bagi penguasa di kawasan ini.
Di samping Majapahit, kaum nasionalis Indonesia juga mengagungkan Sriwijaya sebagai sumber kebanggaan dan bukti kejayaan masa lampau Indonesia.[23] Kegemilangan Sriwijaya telah menjadi sumber kebanggaan nasional dan identitas daerah, khususnya bagi penduduk kota Palembang, provinsi Sumatera Selatan, dan segenap bangsa Melayu. Bagi penduduk Palembang, keluhuran Sriwijaya telah menjadi inspirasi seni budaya, seperti lagu dan tarian tradisional Gending Sriwijaya. Hal yang sama juga berlaku bagi masyarakat Thailand Selatan yang menciptakan kembali tarian Sevichai (Sriwijaya) yang berdasarkan pada keanggunan seni budaya Sriwijaya.
Di Indonesia, nama Sriwijaya telah digunakan dan diabadikan sebagai nama jalan di berbagai kota, dan nama ini telah melekat dengan kota Palembang dan Sumatera Selatan. Universitas Sriwijaya yang didirikan tahun 1960 di Palembang dinamakan berdasarkan kedatuan Sriwijaya. Demikian pula Kodam Sriwijaya (unit komando militer), PT Pupuk Sriwijaya (Perusahaan Pupuk di Sumatera Selatan), Sriwijaya Post (Surat kabar harian di Palembang), Sriwijaya TV, Sriwijaya Air (maskapai penerbangan), Stadion Gelora Sriwijaya, dan Sriwijaya Football Club (Klab sepak bola Palembang), semua dinamakan demikian untuk menghormati, memuliakan, dan merayakan kegemilangan kemaharajaan Sriwijaya.

KERAJAAN kutai

Kerajaan Kutai
Kutai Martadipura adalah kerajaan bercorak Hindu di Nusantara yang memiliki bukti sejarah tertua. Kerajaan ini terletak di Muara Kaman, Kalimantan Timur, tepatnya di hulu sungai Mahakam. Nama Kutai diambil . Nama Kutai diberikan oleh para ahli mengambil dari nama tempat ditemukannya prasasti yang menunjukkan eksistensi kerajaan tersebut. Tidak ada prasasti yang secara jelas menyebutkan nama kerajaan ini dan memang sangat sedikit informasi yang dapat diperoleh.
Sejarah
Yupa
Prasasti Kerajaan Kutai
Informasi yang ada diperoleh dari Yupa / prasasti dalam upacara pengorbanan yang berasal dari abad ke-4. Ada tujuh buah yupa yang menjadi sumber utama bagi para ahli dalam menginterpretasikan sejarah Kerajaan Kutai. Dari salah satu yupa tersebut diketahui bahwa raja yang memerintah kerajaan Kutai saat itu adalah Mulawarman. Namanya dicatat dalam yupa karena kedermawanannya menyedekahkan 20.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.
Mulawarman
Mulawarman adalah anak Aswawarman dan cucu Kundungga. Nama Mulawarman dan Aswawarman sangat kental dengan pengaruh bahasa Sanskerta bila dilihat dari cara penulisannya. Kundungga adalah pembesar dari Kerajaan Campa (Kamboja) yang datang ke Indonesia. Kundungga sendiri diduga belum menganut agama Budha.
Aswawarman
Aswawarman mungkin adalah raja pertama Kerajaan Kutai yang bercorak Hindu. Ia juga diketahui sebagai pendiri dinasti Kerajaan Kutai sehingga diberi gelar Wangsakerta, yang artinya pembentuk keluarga. Aswawarman memiliki 3 orang putera, dan salah satunya adalah Mulawarman.
Putra Aswawarman adalah Mulawarman. Dari yupa diketahui bahwa pada masa pemerintahan Mulawarman, Kerajaan Kutai mengalami masa keemasan. Wilayah kekuasaannya meliputi hampir seluruh wilayah Kalimantan Timur. Rakyat Kutai hidup sejahtera dan makmur.
Kerajaan Kutai seakan-akan tak tampak lagi oleh dunia luar karena kurangnya komunikasi dengan pihak asing, hingga sangat sedikit yang mendengar namanya.
Berakhir
Kerajaan Kutai berakhir saat Raja Kutai yang bernama Maharaja Dharma Setia tewas dalam peperangan di tangan Raja Kutai Kartanegara ke-13, Aji Pangeran Anum Panji Mendapa. Perlu diingat bahwa Kutai ini (Kutai
Martadipuratadipura) berbeda dengan Kerajaan Kutai Kartanegara yang ibukotanya pertama kali berada di Kutai Lama (Tanjung Kute). Kutai Kartanegara inilah, di tahun 1365, yang disebutkan dalam sastra Jawa Negarakertagama. Kutai Kartanegara selanjutnya menjadi kerajaan Islam yang disebut Kesultanan Kutai Kartanegara.


Kehidupan Politik
Raja-raja yang berhasil diketahui pernah memerintah kerajaan Kutai adalah sebagai berikut.
·    Raja Kudungga, merupakan raja pertama yang berkuasa di kerajaan Kutai. Kedudukan Raja Kudungga pada awalnya adalah seorang kepala suku. Dengan masuknya pengaruh Hindu, ia mengubah struktur pemerintahannya menjadi kerajaan dan menganggap dirinya menjadi raja, sehingga pergantian raja dilakukan secara turun temurun.
·    Raja Aswawarman, prasasti Yupa menyatakan bahwa Raja Aswawarman merupakan seorang raja yang cakap dan kuat. Pada masa pemerintahannya, wilayah kekuasaan Kutai diperluas lagi. Hal ini dibuktikan dengan pelaksanaan upacara Aswamedha. Upacara-upacara ini pernah dilaksanakan di India pada masa pemerintahan Raja Samudragupta, ketika ingin memperluas wilayahnya.
·    Raja Mulawarman, adalah putra dari Raja Aswawarman. Ia adalah raja terbesar dari kerajaan Kutai. Di bawah pemerintahannya kerajaan Kutai mengalami masa yang gemilang. Rakyat hidup tentram dan sejahtera. Dengan keadaan seperti itulah akhirnya raja Mulawarman mengadakan upaca kurban emas yang amat banyak.
3. Kehidupan Sosial
Berdasarkan isi prasasti-prasasti Kutai dapat diketahui bahwa pada abad ke-4 M di daerah Kutai terdapat suatu masyarakat Indonesia yang telah banyak menerima pengaruh Hindu. Masyarakat tersebut telah dapat mendirikan suatu kerajaan yang teratur rapi menurut pola pemerintahan di India. Masyarakat Indonesia menerima unsur-unsur yang datang dari luar (India) dan mengembangkannya sesuai dengan tradisi bangsa Indonesia sendiri.
4. Kehidupan Ekonomi
Dilihat dari letaknya, Kutai sangat strategis, terletak pada jalur aktifitas pelayaran dan perdagangan antara dunia barat dan dunia timur. Secara langsung maupun tidak langsung besar pengaruhnya dalam kehidupan masyarakat Kutai, terutama dalam bidang perekonomian masyarakatnya, dimana perdagangan juga dijadikan mata pencaharian utama saat itu.
5. Kehidupan Budaya
Salah satu yupa menyebutkan suatu tempat suci dengan kata Vaprakecvara, yang artinya sebuah lapangan luas tempat pemujaan. Vaprakecvara itu dihubungkan dengan Dewa Siwa. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa masyarakat Kuta memeluk agama Siwa. Hal ini didukung oleh beberapa faktor berikut.
·    Besarnya pengaruh kerajaan Pallawa yang beragama Siwa menyebabkan agama Siwa terkenal di Kutai.
·    Pentingnya peranan para Brahmana di Kutai menunjukkan besarnya pengaruh Brahmana dalam agama Siwa terutama mengenai upacara korban.

Kerajaan Kutai
Kutai adalah salah satu kerajaan tertua di Indonesia, diperkirakan muncul pada abad 5 M atau ± 400 M, keberadaan kerajaan tersebut diketahui berdasarkan sumber berita yang ditemukan yaitu berupa prasasti yang berbentuk yupa/tiang batu berjumlah 7 buah.

Yupa dari Kutai
Yupa yang menggunakan huruf Pallawa dan bahasa sansekerta tersebut, dapat disimpulkan tentang keberadaan Kerajaan Kutai dalam berbagai aspek kebudayaan, antara lain politik, sosial, ekonomi, dan budaya.

Kehidupan Politik
Dalam kehidupan politik seperti yang dijelaskan dalam yupa bahwa raja terbesar Kutai adalah Mulawarman, putra Aswawarman dan Aswawarman adalah putra Kudungga.

Dalam yupa juga dijelaskan bahwa Aswawarman disebut sebagai Dewa Ansuman/Dewa Matahari dan dipandang sebagai Wangsakerta atau pendiri keluarga raja. Hal ini berarti Asmawarman sudah menganut agama Hindu dan dipandang sebagai pendiri keluarga atau dinasti dalam agama Hindu. Untuk itu para ahli berpendapat Kudungga masih nama Indonesia asli dan masih sebagai kepala suku, yang menurunkan raja-raja Kutai.

Dalam kehidupan sosial terjalin hubungan yang harmonis/erat antara Raja Mulawarman dengan kaum Brahmana, seperti yang dijelaskan dalam yupa, bahwa raja Mulawarman memberi sedekah 20.000 ekor sapi kepada kaum Brahmana di dalam tanah yang suci bernama Waprakeswara. Istilah Waprakeswara--tempat suci untuk memuja Dewa Siwa--di pulau Jawa disebut Baprakewara.

Kehidupan Ekonomi
Kehidupan ekonomi di Kutai, tidak diketahui secara pasti, kecuali disebutkan dalam salah satu prasasti bahwa Raja Mulawarman telah mengadakan upacara korban emas dan tidak menghadiahkan sebanyak 20.000 ekor sapi untuk golongan Brahmana.

Tidak diketahui secara pasti asal emas dan sapi tersebut diperoleh. Apabila emas dan sapi tersebut didatangkan dari tempat lain, bisa disimpulkan bahwa kerajaan Kutai telah melakukan kegiatan dagang.

Kehidupan Budaya
Dalam kehidupan budaya dapat dikatakan kerajaan Kutai sudah maju. Hal ini dibuktikan melalui upacara penghinduan (pemberkatan memeluk agama Hindu) yang disebut Vratyastoma.

Vratyastoma dilaksanakan sejak pemerintahan Aswawarman karena Kudungga masih mempertahankan ciri-ciri keIndonesiaannya, sedangkan yang memimpin upacara tersebut, menurut para ahli, dipastikan adalah para pendeta (Brahmana) dari India. Tetapi pada masa Mulawarman kemungkinan sekali upacara penghinduan tersebut dipimpin oleh pendeta/kaum Brahmana dari orang Indonesia asli. Adanya kaum Brahmana asli orang Indonesia membuktikan bahwa kemampuan intelektualnya tinggi, terutama penguasaan terhadap bahasa Sansekerta yang pada dasarnya bukanlah bahasa rakyat India sehari-hari, melainkan lebih merupakan bahasa resmi kaum Brahmana untuk masalah keagamaan.

Jumat, 12 November 2010

pemain ARTI SAHABAT


  • Steven William sbg Yudha,
  • Yuki Kato sbg Ajeng,
  • Kevin Julio sbg Fathir,
  • Cut Meyriska sbg Vita,
  • Nina Zatulini sbg Angel,
  • Esa Sigit sbg Marco,
  • Rizky Treeji sbg Mike,
  • Joshua Otay sbg Nakula,
  • Veby Palwinta sbg Karina,
  • Nadya Almira sbg Lisa,
  • Arita Anandari sbg -,
  • Voke Victoria sbg Vanessa
  • Marcello Djorghie,
  • Marcellino Lefrandt sbg (papanya vita),
  • Diah Permatasari sbg (mamanya angel),
  • Dian Nitami sbg (mamanya fathir),
  • Eksanti sbg (tantenya ajeng),
  • Christabelle Grace Marbun sbg Abel.

mengobati penyakit

A. Kosentrasi pemancaran getaran di telapak tangan
Fungsi : Menembakkan getaran ke arah yang sakit
Cara :
Posisi duduk bersila atau cara duduk meditasi SN.
Kedua telapak tangan diangkat lurus ke depan sejajar dengan dada dan kedua telapak tangan mengarah ke satu titik.
Tarik nafas yang dalam (banyak) dengan cepat tekan nafas di bawah pusar sebentar, kemudian nafas dikeluarkan dengan konsentrasi pemancaran getaran melalui kedua telapak tangan diarahkan ke tempat yang diinginkan (yang dituju).
Tangan boleh diturunkan setelah 15 menit dan diistirahatkan kira-kira 2 menit, kemudian ulangi lagi latihan ini berulang-ulang sampai 120 menit.
B. Konsentrasi penarikan getaran pada telapak tangan
Fungsi : Menarik penyakit yang ada
Cara :
Posisi duduk bersila atau cara duduk meditasi SN.
Kedua tangan diangkat lurus ke depan sejajar dengan dada, kedua telapak tangan mengarah ke satu titik.
Tarik nafas yang dalam (banyak) dengan pelan sambil berkonsentrasi menarik penyakit melalui telapak tangan dan diniatkan penyakitnya hanya menempel di telapak tangan saja. Setelah itu nafas ditekan sebentar di bawah pusar dan langsung dilepaskan nafasnya sambil melepaskan juga semua penyakit yang menempel pada telapak tangan tadi.
Tangan boleh diturunkan setelah 15 menit dan diistirahatkan kira-kira 2 menit kemudian diulangi lagi latihan ini berulang-ulang sampai 120 menit.
C. Konsentrasi merasakan getaran pada telapak tangan
Fungsi : Mendeteksi atau mencari sumber penyakit.
Cara :
Kedua telapak tangan berhadapan dan sambil berkonsentrasi merasakan getaran pada kedua telapak tangan.
Kedua tangan ini dilatih bergerak secara pelan (halus) ke arah mana saja yang kita inginkan dan sainbil berkonsenftui merasakan getaran yang ada disekeliling tubuh kita.
Gerakan-gerakan di atas dilatih berulang-ulang sampai dapat merasakan getaran yang ada di sekitar tubuh kita.
CARA PENGOBATAN
A. Umum
1.Memohon/berdoa kepada Tuhan YME agar apa yang ingin kita kerjakan berhasil.
2.Semua apa yang ingin kita kerjakan harus dasarkan kepada niat.
3.Sebelum mengobati kita harus mendeteksi atau mencari sumber penyakit, sebaiknya dilakukan pendeteksian ke seluruh tubuh.
4.Secara umum pengobatan dilakukan dengan tembak dan tarik kecuali pada penyakit tertentu sesuai petunjuk.
5.Lama pengobatan tergantung pada konsentrasi dan pengalaman mengobati.
6.Setiap kali selesai mengobati jangan lupa 'dipagar' agar semua penyakit yang sudah keluar tidak dapat masuk lagi.
4. Pusing, nyeri kepala, migrain
Salurkan Tenaga Dalam di daerah yang nyeri atau sakit dan dibersihkan dengan nafas hisap di daerah yang nyeri atau sakit.
5. Mata
Salurkan Tenaga Dalam di antara dua mata, niatkan tenaga kita menyebar ke sekeliling mata.
11. Darah tinggi
Salurkan Tenaga Dalam di jantung, ginjal dan tengkuk.
12. Darah rendah
Tarik daerah jantung.

mengatasi berbagai macam penyakit.
Campurkan Hilba dalam air hangat secukupnya aduk hingga merata dan diminum rutin setiap hari maka akan bermanfaat untuk:
- Menghilangkan perut kembung
- Melancarkan haid yang tidak teratur
- Membantu melancarkan buang air besar
- Menguatkan jantung
- Membantu mengatasi sakit kepala/migren
- Dapat mengurangi berat badan
- Mengatasi radang kulit/bisul
- Menyuburkan rahim/kandungan
Campurkan Hilba dalam air hangat + madu asli bermanfaat untuk:
- Mengurangi dan menghilangkan kebiasaan merokok
- Membantu mengatasi Anemia
- Untuk kecerdasan dan ketahanan tubuh jika di minum oleh anak2 usia baligh
- Memperbanyak Air Susu (ASI) pada ibu yang sedang menyusui (konon bisa mencapai 300%)
- Membantu kesuburan sperma dan sel telur untuk yang susah punya keturunan
- Meningkatan Nafsu wanita dan laki laki untuk keharmonisan rumah tangga
- Mengatasi ejakulasi dini

Berikut ini cara penyajian/resep yang baik untuk pengobatan Asma dengan hati unta:
1.Hati Unta di goreng tanpa minyak/di bakar di atas arang seperti sate sampai cukup matang
2. Hati Unta di gerus halus
3. Campurkan 1 gerusan sendok teh hati unta (+/-) 5grm ke dalam 3 sendok makan madu asli
4. Minum secara rutin sehari 1 kali selama 1 bulan
5. Mudah mudahan dengan Izin Alloh Penyakit asma Anda akan berangsur angsur sembuh.

TEMULAWAK
1)Mengobati bau badan yang kurang sedap
Ambillah sebuah rimpang temu lawak. Parut dan rebus dengan air 1:1. Dinginkan terlebih dahulu sebelum diminum.
2) Membersihkan darah
Rimpang temu lawak diiris tipis-tipis, lalu dijemur hingga kering. Rimpang ini diseduh dengan air hangat, kemudian diminum seperti teh. Agar tidak terlalu pahit, sewaktu meminumnya dapat dicampur dengan gula merah.
3) Penyakit eksim
Siapkan rimpang temu lawak sebesar telur ayam dan asam kawak sebesar telur merpati. Masak bahan tersebut dengan 2 gelas air dan ditambahkan sedikit gula aren. Biarkan hingga mendidih dan aimya tinggal 1 gelas saja. Saring aimya dan diminum selagi hangat. Pengobatan ini dilakukan setiap hari selama sebulan.
4) Mengobati penyakit kuning (gangguan pada hati/lever), mengobati demam malaria, dan sembelit serta memperbanyak ASI
Rimpang diparut dan diperas airnya, kemudian diminum. Dapat juga dengan minum air rebusan rimpang temu lawak yang kering.
5) Badan yang terlalu capek karena kebanyakan bekerja atau sehabis jatuh sakit
Ambil dan bersihkan rimpang temu lawak sebanyak 50 g. Parut rimpang sampai halus dan tambahkan air secukupnya, kemudian direbus. Setelah air mendidih, didinginkan, lalu diminum. Lakukan hal ini 2 kali sehari, cukup 1 gelas. Bila perlu dapat ditambahkan madu atau air gula aren agar ramuan lebih enak dan berkhasiat.
Peringatan : penderita sakit ginjal sebaiknya tidak meminum sari temu lawak mentah karena dapat berbahaya.

TEMU HITAM
1)Obat sariawan
Rimpang temu kunci dapat dikunyah-kunyah, lantas ditelan. Mengunyah irisan rimpang bersama pinang, selain dapat menyembuhkan sariawan, juga dapat menyembuhkan penyakit batuk kering.
2) Sukar kencing atau perut kembung pada anak-anak
Rimpang temu kunci diparut, lalu dicampur dengan adas pulo sari yang sudah dihaluskan dan dibentuk menjadi tapal atau seperti bedak tebal. Campuran tersebut ditempelkan ke perut anak.
3) Kurap
Rimpang temu kunci ditumbuk, dicampur dengan daunnya, dan ditambahkan sedikit air. Buat menjadi tapal dan ditempelkan ke bagian kulit yang sakit.
4) Cacing gelang
Rimpang temu kunci ditumbuk, tambahkan santan kelapa, dan sedikit bubuk belerang, lalu diminum.

TANAMAN TAPAK DARA
1)Luka bakar
Petiklah beberapa helai daun. Tumbuk halus dengan beras hingga seperti bubur. Tempelkan pada bagian tubuh yang terkena luka bakar.
2) Akut lymphocytic leukemia
Minum air rebusan dari 15 g tapak dara.
3) Khasiat lain
Rebusan daun tapak dara juga cocok untuk menyembuhkan penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi dan kencing manis.

SIRIH
1)Menghilangkan bau badan
Rebuslah 5 lembar daun sirih segar dengan 2 gelas air. Perebusan dilakukan hingga airnya tinggal 1 gelas. Air ini diminum siang hari.
2) Mimisan atau keluarnya darah dari hidung
Ambillah 1 lembar daun sirih segar yang agak muda. Cuci hingga bersih. Daun ditekuk dua lalu tekukannya digulung sebesar lubang hidung. Lantas gulungan daun sirih dimasukkan ke hidung yang berdarah. Lakukan sampai darah berhenti mengalir Usahakan penderita tetap duduk tegak agar darah tidak mengalir ke belakang rongga hidung.
3) Pembersih mata yang gatal atau merah
Rebuslah 5-6 lembar daun sirih muda yang baru dipetik dengan 1 gelas air. Setelah mendidih, air didinginkan. Basuh mata dengan air rebusan tadi sehari 3 kali.
4) Koreng atau gatal-gatal
Ambil 20 lembar daun sirih yang cukup tua. Rebus dengan air sekitar 3-4 gelas. Gunakan air rebusan yang masih hangat untuk mencuci bagian badan yang terkena koreng atau gatal.
5) Obat sariawan
Petiklah 1 atau 2 lembar daun sirih. Bersihkan lalu kunyah daun tersebut hingga lumat. Biarkan sebentar di dalam mulut, terutama di bagian yang terkena sariawan.

SERAI
1)Badan terasa pegal
Siapkanlah 600 g batang serai segar berikut akar. Rebus dengan air. Air rebusan digunakan untuk mandi. Mandilah saat air masih hangat.
2) Obat batuk
Siapkan 600 g serai segar dan keringkan. Setelah itu, rebuslah dengan air secukupnya. Minum air rebusan serai ini.
3) Nyeri atau ngilu
Tanaman serai sudah disuling untuk diambil minyak asirinya. Minyak serai ini digosokkan pada bagian yang sakit. Selain itu, dapat juga batang serai segar direbus dengan sedikit air, lalu dicampur dengan air dan dioleskan pada sendi yang ngilu.
4) Khasiat lain (sakit kepala, nyeri lambung, diare)
Ambillah beberapa tetes minyak serai langsung diminum

SAMBILOTO
1)Tipus
Petik 10-15 lembar daun sambiloto segar. Tambahkan air secukupnya dan rebus hingga mendidih. Untuk mengatasi rasa daun yang amat pahit, sewaktu meminum dapat dicampur dengan madu.
2) TBC paru-paru
Daun sambiloto segar dikeringkan, lalu digiling halus hingga menjadi bubuk. Setelah itu, ditambah sedikit madu dan dibuat bulatan-bulatan pil berdiameter sekitar 0,5 cm. Sebaiknya pil ini diminum dengan air matang 2-3 kali sehari. Sekali minum dapat 15-30 pil.
3) Batuk rejan atau pertusis
Tiga lembar daun sambiloto diseduh dengan air panas dan tambahkan sedikit madu. Minumlah larutan ini 3 kali sehari.
4) Kencing nanah
Petik 3 batang sambiloto berikut daun-daunnya. Cuci bersih lalu rebuslah dengan 4 gelas air minum hingga tersisa 2,25 gelas saja. Dinginkan air terlebih dahulu, baru disaring. Jika hendak diminum tambahkan madu seperlunya. Lakukan 3 kali sehari masing-masing 3/4 gelas.
5) Demam
Daun sambiloto segar ditempelkan ke badan atau dahi penderita.
6) Penambah nafsu makan
Siapkan daun sambiloto 10 helai. Selain itu, siapkan pula kulit dan batang tanamannya sebanyak 50 g. Bahan-bahan ini dicuci hingga bersih, kemudian rebus dengan 3000 cc air. Airnya cukup diminum segelas sehari. Untuk menghilangkan rasa pahit dapat ditambahkan sedikit madu.
7) Hidung berlendir, sakit gigi
Sebanyak 9-15 g tanaman segar direbus dan airnya diminum
BUAH PEPAYA
1)Kulit melepuh karena panas
Toreh atau potong-potonglah kulit buah pepaya. Tampung getahnya dan oleskan ke kulit yang melepuh. Diamkan selama sehari semalam. Bila bagian yang melepuh cukup luas, buah pepaya dapat diparut dan daging buahnya ditempelkan.
2) Malaria dan demam
Petiklah daun pepaya muda dan tumbuklah hingga menjadi setengah gelas, tambahkan air 3/4 gelas dan sedikit garam. Peras campuran itu dan saring. Cairan ini diminum 3 kali sehari dengan dosis yang sama. Lakukan 5 hari berturut-turut.
3) Digigit ular berbisa
Ambillah 5 jari akar pepaya. Bersihkan dan tumbuk hingga halus. Tempelkan pada bagian yang terkena gigitan dan balutlah. Gantilah 2 kali sehari.
4) Beruban sebelum waktunya
Ambillah 30 biji pepaya dan digongseng, lalu tumbuk hingga halus. Campurkan dengan 1 sendok minyak kelapa. Gosokkan pada kulit kepala yang beruban.
5) Cacing gelang
Sediakan 2 sendok makan biji pepaya. Giling halus-halus dan seduh dengan 1/2 cangkir air panas, lalu tambahkan 1 sendok makan madu. Minumlah cairan ini panas-panas.
6) Jengkolan (susah buang air karena terlalu engkol) banyak makan jengkol
Setengah tangkai daun pepaya ditambah 10 lembar daun kacang panjang dan 6 tangkai daun singkong dicuci bersih. Tumbuk bahan tersebut hingga halus. Kemudian ditambah 1/2 cangkir air masak dan diremas. Tambahkan 1 sendok madu, peras dan saringlah. Larutan ini diminum 1-2 kali sehari.
7) Khasiat lain (menyembuhkan sakit pencernaan/buang air besar yang tidak teratur, maag, sariawan, dan merangsang nafsu makan)
Buah pepaya matang dikonsumsi dalam keadaan segar atau sebagai pencuci mulut

LIDAH BUAYA
1)Penyubur rambut
Ambillah daun lidah buaya segar secukupnya dan dibelah. Ambil daging daun yang seperti agar-agar dan digosokkan ke kulit kepala. Selanjutnya rambut dibungkus dengan kain dan biarkan beberapa saat agar meresap ke kulit kepala sebelum dicuci.
2) Mengobati rambut yang mudah rontok
Siapkan daun lidah buaya 40 g, daun mangkokan 20 g, daun waru muda 20 g, dan minyak kemiri 50 ml. Tumbuk semua daun tersebut hingga halus. Hasil tumbukan dicampur dengan minyak kemiri. Ramuan ini ditempelkan ke kulit kepala. Biarkan selama beberapa waktu (lebih lama lebih baik) sebelum dicuci.
3) Luka bakar atau tersiram air panas yang ringan
Tempelkan daging daun ke bagian tubuh yang sakit.
4) Bisul
Daging daun lidah buaya ditambah garam dan ditempelkan pada bisul.
5) Kencing darah
Petik 15 g daun lidah buaya segar. Peras dan ambil airnya. Tambahkan 30 g gula dan sedikit air beras sebelum diminum.
6 ) Wasir
Siapkan 1/2 daun lidah buaya. Buang durinya lalu dicuci bersih. Parut daun tersebut dan tambahkan 1/2 cangkir air matang dan 2 sendok makan madu. Aduk rata campuran tersebut, lalu disaring. Dengan minum ramuan ini sehari 3 kali diharapkan wasir segera sembuh.
7) Siphylis
Potonglah bunga lidah buaya. Rebus dengan daging dan sedikit air. Air rebusan lalu diminum.

KUMIS KUCING
1) Infeksi saluran kencing atau sering kencing (anyang-anyangan)
Petiklah tangkai dan daun kumis kucing sebanyak 30 g. Tambahkan daun meniran dan Commelia communis masing-masing 30 g. Rebus dan minumlah.
2) Kencing yang tersendat dan disertai rasa sakit
Daun kumis kucing yang dikeringkan dapat diseduh, seperti teh, lalu diminum dengan gula aren juga berkhasiat.
3) Darah tinggi
Siapkan daun kumis kucing yang basah dan kering sebanyak 50 g. Daun kumis kucing yang kering dibersihkan lalu direbus dengan air secukupnya. Daun yang segar langusng diseduh dengan air panas. Hasil ramuan keduanya diambil lalu disaring. Ramuan ini sebaiknya diminum segelas sehari.
4) Demam
Siapkan 100 g akar kumis kucing. Cuci hingga bersih. Selanjutnya rebus dengan air sebanyak 2000 cc. Setelah mendidih diamkan air sampai tidak terlalu panas, kemudian disaring dan diambil airnya. Air rebusan ini cukup diminum segelas sehari.
5) Khasiat lain (menyembuhkan infeksi ginjal dan kencing batu,menambah nafsu makan, menghilangkan panas, dan mengobati encok).
Semua bagian tanaman kumis kucing dapat pula direbus atau dikeringkan, lantas diseduh seperti minum teh.

Kamis, 11 November 2010

lagu


Gita Gutawa – Harmoni Cinta
Ada yang bergerak
Di dalam dadaku ini
Seperti ku kenal
Pernah ku rasakan
Waktu aku jatuh cinta
Waktu hatiku tertarik
Rasanya pun begini
Jatuh cinta
[*]
Apakah ini
Sama seperti yang itu
Hatiku bergerak
Aku jatuh cinta
[**]
Dinding hatiku berlagu
Harmoni cinta menyentuh
Pipiku pun merona
Jatuh cinta
[***]
Harmoni cintaku kini datang
Nyanyikan suara hatiku
Berlagu penuh cinta
Nyanyikan suara hatiku
Berlagu penuh cinta

Symphoni Yang Indah - Once
Alun sebuah symphony
Kata hati disadari
Merasuk sukma kalbuku
Dalam hati ada satu
Manis lembut bisikanmu
Merdu lirih suaramu
Bagai pelita hidupku

Berkilauan bintang malam
Semilir angin pun sejuk
Seakan hidup mendatang
Dapat ku tempuh denganmu

Berpadunya dua insan
Symphony dan keindahan
Melahirkan kedamaian
Melahirkan kedamaian

Syair dan melodi
Kau bagai aroma penghapus pilu
Gelora di hati
Bak mentari kau sejukkan hatiku

Burung-burung pun bernyanyi
Bunga-bunga pun tersenyum
Melihat kau hibur hatiku
Hatiku mekar kembali
Terhibur symphony
Pasti hidupku 'kan bahagia
Bukan Bintang Biasa
once upon a time
ada sebuah bintang
yang bersinar terang di hatimu
ku akan datang lagi
menjemputmu dengan cinta
kan kubagikan semua bintangku

kumiliki bintang
bukan bintang biasa
ku bisa hapuskan semua dukamu
ku tak akan menghilang
slalu ada di hatimu
memberi bintang hanya untuk cinta
reff:
dan yang terbaik selamanya bersama
akan kubagikan bintangku demi cintamu
and when you keep on believing
thousand miles can be seized by running
the miracles can do things though can’t do
kumiliki bintang
bukan bintang biasa
ku bisa hapuskan semua dukamu
ku tak akan menghilang
slalu ada di hatimu
memberi bintang hanya untuk cinta

Lelaki Hebat

aku takkan pernah kau kalahkan
walau kau coba hancurkan aku
aku kan selalu tetap berdiri
merasa hebat, merasa kuat
*courtesy of LirikLaguIndonesia.net
aku lelaki tak terkalahkan
meski hati ini kau patahkan
tetap tegar untuk diriku
melupakanmu dari hidupku
reff:
aku memang tak sebodoh yang kau pikirkan
karna ku punya semua mimpi
dan tak semudah itu kau lenyapkan
dan aku terlalu kuat untuk kau taklukkan
terimalah ini, sayang
aku lelaki tak terkalahkan
meski hati ini kau patahkan
tetap tegar untuk diriku
melupakanmu dari hidupku
uooo
repeat reff
aku memang tak sebodoh yang kau pikirkan
karna ku punya semua mimpi
dan tak semudah itu kau lenyapkan

Sheila On 7 – Hari Bersamanya
Hari telah terganti
Tak bisa ku hindari
Tibalah saat ini bertemu dengannya
Jantungku berdegup cepat
Kaki bergetar hebat
Akankah aku ulangi merusak harinya
[*]
Mohon Tuhan
Untuk kali ini saja
Beri aku kekuatan
‘tuk menatap matanya
[**]
Mohon Tuhan
Untuk kali ini saja
Lancarkanlah hariku
Hariku bersamanya
Hariku bersamanya
Kau tahu betapa aku
Lemah dihadapannya
Kau tahu berapa lama
Aku mendambakannya
Back to [*][**]
Tuhan tolonglah (beri kesempatan)
Tuhan tolonglah (beri kesempatan)
Back to [*][**]
Hariku bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
Hari bersamanya
http://hotliriklagu.com
Tuhan tolonglah
Hari bersamanya
Tuhan tolonglah
Hari bersamanya